Masih
di hik pak Min yang warna tendanya semakin njepluk dari kuning menjadi
keputih-putihan
Walaupun semakin pudar warna tenda dari terpal tersebut tapi tidak memudarkan pengunjungnya, dari yang baru maupun sudah pelanggan. Seperti si Galang yang setiap hari selalu wedhangan di sana.
Lokasi yang strategis, berada dimana jalur darat ke rumah pak SBY dan merupakan lintas wisata pantai di Wonogiri. Hik ini mengahadirkan beranekaragam pengunjung dan pesanan. Dan tetap berdiri kokoh dengan iratan-iratan senar berkualitas, yang biasanya dipakai untuk menyencang kambing.
"Mau minum apa, lang?" Tanya Aji. "Teh anget manis, ji" Jawab Galang. "Tumben lang, jam segini baru datang?" Imbuh pak min. "Tadi arisan karang taruna dulu pak" Jawab galang sambil menyomot bakwan. "Kok perasaan arisan terus lang setiap malam minggu?" Tanya lagi pak min. "Sebulan dua kali pak. Kalo tempatmu berapa kali, ji? Tanya Galang kepada Aji setelah menjawab pertanyaan pak min. "Untuk periode sekarang cuma awal bulan, lang" Jawab Aji.
Walaupun sudah malam dan bukan jam makan malam, Galang tetap makan dan pak min tetap sibuk melayani pengunjung. Terdengar suara motor berhenti parkir di dekat tempat penyucian gelas. Ternyata itu Piyan, pemuda desa yang menimba ilmu di Madiun, guna mempertajam skill keahlian yang menjadi hobi sejak kecil, yaitu menggambar. Di sana dia mengambil jurusan teknik gambar lamunan. Malam itu dia mudik karena kost di Madiun, dan tumben sekali mampir di hik pak min. "Halo rek, ada kabar apa minggu ini?" Ujar Piyan yang menuju ke kursi hik. "Sepi" Jawab Galang sambil mengunyah. "Halalah.. kamu ki kok koyo ibu-ibu, datang-datang ki mbok ya pesen es teh gitu. Kok malah haus akan gosip" Imbuh pak min.
Walaupun semakin pudar warna tenda dari terpal tersebut tapi tidak memudarkan pengunjungnya, dari yang baru maupun sudah pelanggan. Seperti si Galang yang setiap hari selalu wedhangan di sana.
Lokasi yang strategis, berada dimana jalur darat ke rumah pak SBY dan merupakan lintas wisata pantai di Wonogiri. Hik ini mengahadirkan beranekaragam pengunjung dan pesanan. Dan tetap berdiri kokoh dengan iratan-iratan senar berkualitas, yang biasanya dipakai untuk menyencang kambing.
"Mau minum apa, lang?" Tanya Aji. "Teh anget manis, ji" Jawab Galang. "Tumben lang, jam segini baru datang?" Imbuh pak min. "Tadi arisan karang taruna dulu pak" Jawab galang sambil menyomot bakwan. "Kok perasaan arisan terus lang setiap malam minggu?" Tanya lagi pak min. "Sebulan dua kali pak. Kalo tempatmu berapa kali, ji? Tanya Galang kepada Aji setelah menjawab pertanyaan pak min. "Untuk periode sekarang cuma awal bulan, lang" Jawab Aji.
Walaupun sudah malam dan bukan jam makan malam, Galang tetap makan dan pak min tetap sibuk melayani pengunjung. Terdengar suara motor berhenti parkir di dekat tempat penyucian gelas. Ternyata itu Piyan, pemuda desa yang menimba ilmu di Madiun, guna mempertajam skill keahlian yang menjadi hobi sejak kecil, yaitu menggambar. Di sana dia mengambil jurusan teknik gambar lamunan. Malam itu dia mudik karena kost di Madiun, dan tumben sekali mampir di hik pak min. "Halo rek, ada kabar apa minggu ini?" Ujar Piyan yang menuju ke kursi hik. "Sepi" Jawab Galang sambil mengunyah. "Halalah.. kamu ki kok koyo ibu-ibu, datang-datang ki mbok ya pesen es teh gitu. Kok malah haus akan gosip" Imbuh pak min.
Piyan
pun akhirnya pesan es teh. "Esnya habis, yan" Ujar pak min. "Yaudah
kalo gitu es jeruk, pak" Jawab Piyan sambil memilah-milah mendoan. "Woo,
bocah gemblung" Pak min agak geram. Galang dan Aji tertawa. "Ini
jadinya mau minum apa kamu, yan? Tanya pak min sambil membalikkan posisi
gelas. "Teh anget manis aja pak" Jawab Piyan yang masih juga
ngemuk-ngemuk gorengan.
"Ini mendoan kok pada kepleh layu begini sih pak?" Sebuah komplen dari Piyan. "Anu itu bar diputus pacare, yan" Jawab pak min sambil mengaduk. "Walah, dibakarke dulu lah pak ini" Pinta Piyan. "Iya sebentar" Jawab pak pak min sambil melayani pengunjung yang membayar.
Di malam minggu yang suasananya gemah ripah loh jinawi itu membuat hik pak min semakin hidup. Beberapa kalangan yang duduk lesehan menjadikan pagar hias malam sebuah tenda hik itu. Aji pun masih berlalulalang melayani pengunjung. "Dibakar ya, pak. Soalnya saya kalo di etan sana selalu begitu. Saya nggak kolu kalo begini" Ujar Piyan. Dalam hati pak min saat itu menjadi geram sekali mendengar ucapan Piyan yang terakhir. Lalu dibakarkannya beberapa mendoan oleh pak min.
"Ini mendoan kok pada kepleh layu begini sih pak?" Sebuah komplen dari Piyan. "Anu itu bar diputus pacare, yan" Jawab pak min sambil mengaduk. "Walah, dibakarke dulu lah pak ini" Pinta Piyan. "Iya sebentar" Jawab pak pak min sambil melayani pengunjung yang membayar.
Di malam minggu yang suasananya gemah ripah loh jinawi itu membuat hik pak min semakin hidup. Beberapa kalangan yang duduk lesehan menjadikan pagar hias malam sebuah tenda hik itu. Aji pun masih berlalulalang melayani pengunjung. "Dibakar ya, pak. Soalnya saya kalo di etan sana selalu begitu. Saya nggak kolu kalo begini" Ujar Piyan. Dalam hati pak min saat itu menjadi geram sekali mendengar ucapan Piyan yang terakhir. Lalu dibakarkannya beberapa mendoan oleh pak min.
Piyan
yang di akun media sosialnya bernama Alpiyando itu menyantap mendoan
bakar sebagai lauk dari beberapa bungkus nasi, Piyan terlihat sangat
lahap. "Kamu di Madiun biasanya juga begitu, yan?" Pertanyaan pak min di
tengah perjalanan makan Piyan. "Iya pak, pasti itu. Mendoan, bakwan,
kepala tetap saya minta untuk dibakar dulu pak, anget dan sangit
enak-enak gitu pak" Jawab Piyan.
Waktu sudah larut malam, para pengunjung sudah mulai meninggalkan hik, tersisa Galang dan Piyan. Sementara pak min dan Aji sudah beres-beres. "Kamu pecinta bakar-bakaran dong yan kalo begitu?" Tanya pak min. "Ya pasti pak, saya jarang masakan yang digoreng selain nggak kolu pada lembek-lembek gini nanti juga menimbulkan kukul di muka, pak" Jawab Piyan. "Gini yan saya mau tanya berarti kamu sudah fasih berbagai macam menu masakan bakar dong ya? Dari lauk, macam-macam gorengan, roti, dan lalapan seperti pete. Kamu sudah pernah belum cabe bakar? Kan itu tadi mendoannya sudah dibakar dan cabe mentahnya dibakar juga akan jauh lebih terasa menyatu tingkat kesangitannya". Ujar pak min. Galang serentak kaget mendengar cabe dibakar.
"Masa iya sih pak" Tanya Piyan yang penasaran. "Iya yan mendoan dan cabe itu kan sepasang, mendoan dibakar kemudian cabenya juga" Jawab pak min. "Wah, belum pernah kalo lalapan yang itu pak. Kalo pete saya sering" Jelas Piyan. "Yasudah nanti kalo kamu di Madiun sana suruh minta penjual hiknya bakarin mendoan sekaliyan cabenya" Kata pak min sambil menata gelas. "Oke deh pak, saya coba" Jawab Piyan.
Seminggu kemudian,
"Pak min, pak" Sapa Piyan yang mudik langsung mampir ke hik pak min. "Ada apa to yan?" Tanya pak min. "Wah, kemarin saya pas di Madiun diamuk orang seisi hik pak" Kata Piyan. "Lha ada apa to yan? Mbok yang santai pesen-pesen minum dulu" Ujar pak min. "Lha saya itu menuruti saran pak min yang kemarin itu, saya minta dibakarkan mendoan beserta cabenya. Sebenarnya saya sudah dilarang oleh pak hik sana tapi saya ingin merasakan lalapan yang satu ini. Dengan rasa penasaran saya tanpa peduli sekitar, saya nekat ambil beberapa cabe saya lemparkan ke panggangan. Tiba-tiba asap mengepul dan semua orang batuk keselak-selak, saya dimarahi". Jelas Piyan.
Kemudian tanpa memesan apapun Piyan pulang ke rumah. Pak min tertawa terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjai Piyan. "Ada apa pak?" Tanya Aji yang penasaran. "Itu lho, masa Piyan ki membakar cabe disekitar orang-orang. Bayangkan aja orang-orang yang sedang wedhangan, jagongan di hik tiba-tiba disangiti oleh aroma cabe yang begitu dahsyatnya dan bayangkan lagi Piyan yang juga mengguk-mengguk masih dihujani cacian orang-orang di hik itu" Jelas pak min yang masih senyum-senyum sendiri. "Wah lha dagelan tenan si Piyan ki, mosok ngobong lombok neng hik" Imbuh Galang sambil tertawa.
Waktu sudah larut malam, para pengunjung sudah mulai meninggalkan hik, tersisa Galang dan Piyan. Sementara pak min dan Aji sudah beres-beres. "Kamu pecinta bakar-bakaran dong yan kalo begitu?" Tanya pak min. "Ya pasti pak, saya jarang masakan yang digoreng selain nggak kolu pada lembek-lembek gini nanti juga menimbulkan kukul di muka, pak" Jawab Piyan. "Gini yan saya mau tanya berarti kamu sudah fasih berbagai macam menu masakan bakar dong ya? Dari lauk, macam-macam gorengan, roti, dan lalapan seperti pete. Kamu sudah pernah belum cabe bakar? Kan itu tadi mendoannya sudah dibakar dan cabe mentahnya dibakar juga akan jauh lebih terasa menyatu tingkat kesangitannya". Ujar pak min. Galang serentak kaget mendengar cabe dibakar.
"Masa iya sih pak" Tanya Piyan yang penasaran. "Iya yan mendoan dan cabe itu kan sepasang, mendoan dibakar kemudian cabenya juga" Jawab pak min. "Wah, belum pernah kalo lalapan yang itu pak. Kalo pete saya sering" Jelas Piyan. "Yasudah nanti kalo kamu di Madiun sana suruh minta penjual hiknya bakarin mendoan sekaliyan cabenya" Kata pak min sambil menata gelas. "Oke deh pak, saya coba" Jawab Piyan.
Seminggu kemudian,
"Pak min, pak" Sapa Piyan yang mudik langsung mampir ke hik pak min. "Ada apa to yan?" Tanya pak min. "Wah, kemarin saya pas di Madiun diamuk orang seisi hik pak" Kata Piyan. "Lha ada apa to yan? Mbok yang santai pesen-pesen minum dulu" Ujar pak min. "Lha saya itu menuruti saran pak min yang kemarin itu, saya minta dibakarkan mendoan beserta cabenya. Sebenarnya saya sudah dilarang oleh pak hik sana tapi saya ingin merasakan lalapan yang satu ini. Dengan rasa penasaran saya tanpa peduli sekitar, saya nekat ambil beberapa cabe saya lemparkan ke panggangan. Tiba-tiba asap mengepul dan semua orang batuk keselak-selak, saya dimarahi". Jelas Piyan.
Kemudian tanpa memesan apapun Piyan pulang ke rumah. Pak min tertawa terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjai Piyan. "Ada apa pak?" Tanya Aji yang penasaran. "Itu lho, masa Piyan ki membakar cabe disekitar orang-orang. Bayangkan aja orang-orang yang sedang wedhangan, jagongan di hik tiba-tiba disangiti oleh aroma cabe yang begitu dahsyatnya dan bayangkan lagi Piyan yang juga mengguk-mengguk masih dihujani cacian orang-orang di hik itu" Jelas pak min yang masih senyum-senyum sendiri. "Wah lha dagelan tenan si Piyan ki, mosok ngobong lombok neng hik" Imbuh Galang sambil tertawa.
Yang
terlalu menjadi masalah bagi pak min kata-kata yang "nggak kolu" itu,
tidak begitu menusuk tapi terlalu sok dan kurang tepat digunakan dan
ditambah lagi sewaktu pak min sedang transaksi dengan pengunjung lain,
Piyan terlihat menggesa-gesa. Padahal kalo memang lapar tinggal makan
saja bisa, karena HIK adalah hidangan istimewa kuliner yang ringkes.
Memang, pembeli adalah raja. Tapi harus bisa menjaga etika perkataan dan bisa memahami situasi walaupun itu sudah akrab sebagai pelanggan ataupun baru. Yang terpenting jangan sampai terbutakan keegoisan.
Memang, pembeli adalah raja. Tapi harus bisa menjaga etika perkataan dan bisa memahami situasi walaupun itu sudah akrab sebagai pelanggan ataupun baru. Yang terpenting jangan sampai terbutakan keegoisan.
No comments:
Post a Comment