Di sebuah Universitas Sentausa Karyadi Solo
aku berteman dengan Bagus. Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu dan Pendidikan
Bahasa Inggris. Ini temanku melakukan segala
kegiatan di kampus, dan ngopi tentunya yang tidak pernah ketinggalan.
Kebiasaan Bagus setiap jam makan siang selalu menerima telepon dan saking seringnya memaksaku ingin tahu. Bagus bilang kalau dari pacarnya yang bernama Mela. Tapi untuk kisah asmara Bagus tidak pernah bercerita, sebaliknya juga aku. Kita hanya saling mngetahui saja kalau sudah punya pacar.
Kebiasaan Bagus setiap jam makan siang selalu menerima telepon dan saking seringnya memaksaku ingin tahu. Bagus bilang kalau dari pacarnya yang bernama Mela. Tapi untuk kisah asmara Bagus tidak pernah bercerita, sebaliknya juga aku. Kita hanya saling mngetahui saja kalau sudah punya pacar.
Mulanya Bagus yang di kampus beberapa hari terlihat lesu dan selalu mengenakan muka kusut disertai semburat pertarungan di setiap pandangnya. Memang, dia yang tidak banyak tingkah dan selalu bersikap dingin sudah menjadi karakter pada dirinya yang sudah dikenali teman-teman kampus. Tapi menurutku ini beda dan membawaku mengenal orang yg bernama Mela.
"Lagi ada masalah, Gus?"
tanyaku kepada dia pelan sambil mengaduk es teh di kantin pojok kampus.
"Tidak, Yud."
"Tapi kenapa akhir-akhir ini aku lihat kamu sering melamun di dalam
kelas?"
"Tidak, aku tidak kenapa-napa kok,
Yud" jawab Bagus sambil memasukkan HP ke sakunya.
"Ayo kita makan dulu, Yud."
"Iya, Gus."
Dalam perjalanan mengisi perut itu batinku tetap bicara bahwa Bagus lagi ada masalah. Setelah dari kantin kami menuju parkiran, aku kembali ke kos dan Bagus pulang ke rumahnya. Bagus yang bertempat tinggal di kecamatan Tawangmangu yang bersuhu udara sekitar 10° C, tersebut berada pada ketinggian kurang lebih 2000m di atas permukaan laut, membawanya menjadi sesosok pria cool.
Suatu hari aku mengajak Bagus ke pantai, untuk sekedar refresing kala itu. Kami berempat berangkat ke pantai, aku boncengan dengan pacarku, Kinan dan Bagus dengan pacarnya, Mela. Itu pertemuan pertamaku dengan Mela.
Setiba di pantai yang sudah agak menjelang terik, kami istirahat di warung. Sembari minum, Bagus memperkenalkan pacarnya kepadaku dan sebaliknya juga denganku.
"Yank, sepertinya kita segera turun saja" ucap Kinan kepadaku.
"Ya
sudah kalau begitu, mari Gus, Mel."
"Ayo
sayang" jakan Mela kepada Bagus sambil menggandeng tangannya.
Di bawah terik matahari yg menyengat kulit yang diselingi percikan air hempasan ombak, aku melihat redupan pada diri Bagus nampak lagi dan semakin jelas. Dia duduk dan acuh akan datangnya ombak yang menghempas, hanya terus menatap ke arah Mela yang sedang asik bermain bersama kami. "Gus, ayo" ucapku keras padanya. Bagus hanya senyum kecil dan menganggukkan kepala.
Berkali-kali pun Mela menghampiri mengajak sembari mengusap dahi Bagus yang berkeringat panas bercampur air laut dengan telapak tangannya, tetapi Bagus tidak juga mau berdiri. Setelah kurang lebih satu jam kami bergegas pulang. Dan aku sampai di depan kos Kinan.
"Terima kasih, yank" ucap kekasihku.
"Sama-sama.Oh
iya, sebentar sayang" aku sambil mematikan mesin motor maticku.
"Kenapa,yank?"
"Sayang
tadi sudah kenal kan sama Mela?"
"Iya,
emangnya ada apa yank?"
"Sayang
tadi sempat tukeran nomer HP tidak? Kalau iya boleh aku minta?
"Buat
apa?" Tanya Kinan pelan sambil menaikkan kedua alisnya.
"Tenang
yank, jangan salah paham nanti aku ceritain. Yang pasti aku tidak
aneh-aneh."
"Serius?
Masih Kinan dengan nada kesalnya.
"Serius, sayangku, cintaku, kasihku,
termuahku" ucapku sambil kupegang tangannya.
Aku sudah
mendapatkan nomer HP Mela dan aku menceritakan kepada Kinan tentang tatapan
kosong yang sering dilakukan Bagus. Kembali ke aktifitas kampus yang tinggal
beberapa hari aku dan Bagus juga satu kelompok dalam KKN.
"Gus, kita satu kelompok." Ucapku padanya di riuhnya kumpulan para mahasiswa.
Dan KKN yang tiap kelompok terdiri dari 15 anggota dari berbagai progdi pun berangkat. Kami sudah berada di suatu desa dan menjalankan program-programnya. Pada malam hari waktu dimana setelah kegiatan, kami semua melepas lelah. Tidur di sebuah rumah yang disiapkan Lurah setempat. Kami terdiri dari 7 laki-laki dan 8 perempuan dengan 4 kamar dan 2 pasangan kekasih.
Bagus dan lainnya sudah tidur. Melihat pulas mendengkurnya Bagus, aku teringat ganjalan yang belum terungkap. Tiba-tiba malam itu tak kenal waktu aku nekat SMS Mela. Aku menceritakan tentang tingkah Bagus akhir-akhir ini. Tidak ada balasan mungkin Mela sudah tidur. Aku pun langsung juga demikian.
Pagi tiba, teman-teman perempuan mulai memasak. Ada yang bersih-bersih dan yang laki-laki ada yang membantu, juga ada yang bermain bulutangkis. Yang belum bangun pun ada. Sementara aku lihat Bagus duduk di teras dengan segelas kopi yang kepul aromanya membuatku ingin medekati Bagus. Berjalan dari dalam rumah sambil membuka HP yang tiba-tiba berbunyi, SMS dari Mela ternyata. Di dekat pintu aku terhenti, aku agak sedikit terkejut membacanya, tapi sekarang aku tahu apa yang terjadi pada Bagus.
"Kopinya masih, Gus?" Tanyaku menuju ke teras .
"Masih, Yud. Ini aku buat banyak."
Jawab Arul tiba-tiba dari belakang yang membawa senampan
kecil gelas kopi.
kecil gelas kopi.
"Oke,siap."
Jawabku.
Lalu kami
para laki-laki ngopi di teras sembari menunggu sarapan. Di tempat KKN yang
sudah berjalan seminggu lebih, tentunya kami semua sudah saling mengenal satu
sama lain, terutama Arul. Dia laki-laki ramah yang mebuatkan kopi kepada kami
semua. Arul adalah salah satu pasangan kekasih di sana. Yeyen, nama pacar
Arul. Dia perempuan yang menurutku baik, rajin, tegas terlihat dalam kegiatan
KKN.
Suatu ketika aku dan hanya beberapa teman yang sedang menonton TV di ruang tamu nampak Arul yang berjalan ke kamar perempuan dan di dalamnya hanya ada Mirna. Kami sempat tertegun sejenak tapi setelah itu biasa. Karena fikir kami karakter Arul yang ramah dan selain itu pintu kamar menghadap ke kami dan terbuka. Tapi tidak dengan Bagus, dia yang semula asik terlihat mengikuti acara TV tiba-tiba menghempaskan nafasnya berdiri bejalan ke luar. Dalam batinku "pasti itu yang ditakutkan Bagus." Pada saat menjalankan program di lapangan nampak sekali kedekatan Arul dan Mirna dimana-mana, Bagus memperhatikan lagi sewaktu aku mencuri pandangnya.
"Beb, ayo
kita duluan soalnya mau mampir ke rumah pak lurah" Ucap Yeyen kepada
Arul.
" Tapi
tugasku ini kan belum selesai, Beb. Aku nanti bareng yang lainnya saja."
"Ya sudahkalau
begitu aku sendiri saja. Oh iya, kunci motornya mana,beb?"
"Ini.
Hati-hati ya, beb"
Akhirnya kegiatan sudah selesai, kami pun kembali ke
rumah. Arul yang semula berangkat bersama pacaranya kini pulang boncengan
sama Mirna.
Malam hari di
suasana desa yang terdengar riuh suara jangkrik di celah tembok teras yang
retak kami bersanding, ada canda tawa. Ada aku, Bagus, Yeyen, Arul, Mirna dan
teman lainnya. Aku, Bagus dan teman lainnya yang menikmati kopi, Yeyen yang
jari-jarinya bergerak di keyboard Laptopnya, dan Mirna yang bernyanyi dengan
iringan petikan dawai Arul.
"Yudi, lihat mereka" kata Bagus tiba-tiba padaku.
"Maksudnya,
Gus?"
Bagus belum
sempat menjawab tiba-tiba Pak lurah datang dengan motor Supra-X nya yang
diparkir tepat di depan teras kami duduk. Lalu Arul meletakkan gitarnya.
diparkir tepat di depan teras kami duduk. Lalu Arul meletakkan gitarnya.
"Selamat
malam Mas, Mbak. Belum pada tidur? Sapa Pak lurah sambil menjabat tangan kami
semua.
"Selamat
malam, Pak." Jawab kami semua.
"Belum
ngantuk ini, Pak. Masih ngopi" imbuh Arul.
Kami
kedatangan Pak lurah, menanyakan keadaan kami semua disini. Di selang
beberapa menit
di tengah obrolan kami semua, Mirna masuk ke dalam.
di tengah obrolan kami semua, Mirna masuk ke dalam.
"Oh iya,
bapak mau dibuatkan kopi? Tanya Arul
"Iya
boleh, Mas"
"Tunggu
sebentar pak, saya buatkan".
Arul kemudian bergegas ke dalam. Dan dihantarkannya kembali segelas kopi yang sudah jadi kepada Pak lurah. Kami semua masih dalam suasana seperti tadi. Tapi Arul mengambil gitar yang diletakkannya tadi lalu membawanya masuk ke dalam. Kami tetap mengobrol dan beberapa menit Pak lurah meminta data program-program yang sudah dipesan kepada Yeyen siang tadi yang sudah berbentuk cetak. Yeyen pun bergegas masuk ke dalam untuk mengambilnya.
Tiba-tiba terdengar bak letupan rudal militer dari dalam, itu suara jerit Yeyen yang diiringi hantaman vas bunga ke lantai. Kami semua lari menuju ke sebuah jeritan, ke kamar tepatnya. Kami semua menyaksikan suatu tindakan tidak terpuji yang sangat hina sekali. Arul dan Mirna berada dalam satu ranjang. Entah apa yang dilakuakan sebelumnya, hanya Arul, Mirna, Yeyen dan Tuhan tentunya yang tahu. Karena sewaktu kami semua tiba di tempat kejadian Arul dan Mirna sudah duduk tertunduk layu di hadapan Yeyen yang terus memaki dalam tangis tersendatnya. Dan juga nampak seprei kasur yang berantakan.
"Gus...Gus..Bagus." Teriakku sambil mengejar Bagus.
"Gus,
Mela sudah menceritakannya semua padaku. Semua orang itu tidak sama. Kadar
kekuatan cinta serta iman masing-masing orang berbeda." Kataku kepadanya spontan.
kekuatan cinta serta iman masing-masing orang berbeda." Kataku kepadanya spontan.
Bagus berdiri menyandarkan kepalanya ke gapura. Seolah-olah kekhawatiran yang selama ini menggelayutinya sudah mendapatkan jawaban. Bahwa perselingkuhan itu terjadi. Dan itu yang dia takutkan pada hubungannya dengan Mela yang sebentar lagi akan pindah ke Jakarta. Sms Mela yang ku terima, bahwasannya Bagus khawatir tentang sebuah LDR(Long Distance Relationship) yaitu argumennya yang entah didapatkan darimana bahwa pacaran jarak jauh rentan dengan selingkuh.
" Gus,
kamu sayang tidak dengan Mela?" Tanyaku sambil kupegang pundaknya dan Bagus
tetap diam.
"Sekali
lagi kadar cinta dan iman manusia itu tidak sama, Gus. Jika kamu sayang, jika
kamu cinta Mela tidak begini caranya, ini hanya akan menyakiti dirimu sendiri
begitu juga orang yang kamu cintai selama ini. Lihat Arul, Yeyen, Mirna. Mereka
itu siapa dan dimana? Arul dan Yeyen sepasang kekasih yang hanya satu
lingkup, tapi apa? Hubungan mereka sekarang hancur dalam seketika di sebuah rumah
yang hanya dalam radius beberapa meter, hanya antara teras dengan kamar, dan
itu sangat lebih kejam. Kejahatan itu terjadi dimana-mana, Gus. Jangan
mengeklaim bahwa kisah cinta LDR itu identik dengan perselingkuhan. Semua
sama saja, hanya pribadi dan kekuatan cinta kita yang akan membuatnya
berbeda."
"Maafkan aku,Yud" Ucap pelan Bagus setelah beberapa menit termenung diam.
"Iya, Gus. Tidak apa-apa"
"Besok
pagi aku akan temui Mela, aku akan minta maaf kepadanya."
"Berangkatlah,
Gus. Datangi kekasihmu dengan segudang senyum kualitasmu agar
dia rasakan kesimetrisan rasa kasih sayangnya kepadamu yang tiada henti."
dia rasakan kesimetrisan rasa kasih sayangnya kepadamu yang tiada henti."
"Oke
siap kawanku" ucap Bagus sambil merangkulku.
Pagi hari yang cerah dan sedikit kurang riuh seperti biasanya. Irama kicauan langsung dari burung-burung desa tetap setia mengiringi, meskipun kini sudah banyak yang dikasetkan. Tampak ada cahaya memancar dari bola mata Bagus, seperti menghunus tekad, menggengam gelas kopi erat penuh dendam. Yakin hari itu juga dia akan meracik kasih sayang yang sedap bersama Mela, yang hampir satu bulan terkandung kafein kecurigaan. Walaupun hangat menyurut tetapi tetap nikmat seperti kopi yang sering ditinggalkannya melamun, walaupun pacaran jarak jauh tapi berusaha agar tak runtuh.
No comments:
Post a Comment